Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Memarahi Anak Karena Mencoret-Coret Tembok Rumah

"Jangan memarahi anak saat mencoret-coret tembok rumah" 

Dulu ketika anak saya berusia 3-5 tahun, saat dimana seorang anak sedang rajin-rajinnya mencurahkan isi kepala melalui goresan ballpoin, pensil warna, spidol, kapur tulis, semua sudut ruangan tidak ada yang terlewatkan dicoret-coret.

Tembok rumah penuh coretan, entah berbentuk garis lurus, lengkung, lingkaran, kotak, segitiga, atau bulatan-bulatan yang tak berbentuk.

Apakah saya marah atas kelakuannya? Tidak... saya tidak marah...

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, ketika usia anak saya menginjak 6 tahun, tembok rumah hampir tidak ada sisa untuk tempat kosong...

Selama ada ruang kosong untuk dicoret-coret, pasti dia goreskan garis tidak jelas yang menurutnya adalah gambar gunung, perahu, orang, mobil, hewan, atau apalah yang saya sendiri tidak mengerti. 

Apakah saya marah? ,,, tidak, saya tidak marah...

Hingga suatu hari, datanglah seorang pria, mengetuk pintu rumah, mengucapkan salam... Saya bukakan pintu, dan si pria tadi saya persilahkan masuk. Si pria tadi memandangi tembok rumah yang penuh coretan anak saya, dia pandangi dari sudut depan, samping , belakang, kemudian dia berkata...

"Heh, luh udah gila apa, luh kira ini rumah bapak moyang luh?!, mentang-mentang luh ngontrak, luh bisa seenaknya ngotorin rumah gua?! , mulai besok, luh pindah dari kontrakan gua, dasar gak tau diri....."

Jedarrrr.... akhirnya saya pindah dari kontrakan bapak itu....

Dan bagaimana nasib anak saya?? Ya, anak saya tetap meneruskan kebiasaannya, coret-coret tembok ... tentunya di rumah kontrakan yang baru... Apakah saya marah??... tidak, saya tidak marah... toh yang dicoret-coret juga bukan rumah saya ... Hehehehe